![]() |
Sumber : Suara.com |
Haringga
: Korban Perang Antar Fandom Versi Indonesia
Oleh
: Helmiyatul Hidayati
(Mahasiswa
Ilmu Komunikasi UT Jember)
#InfoMuslimahJember
– Haringga Sirla dalam sekejap melayang namanya, bukan karena prestasi yang
diraih atau sensasi yang diciptakan layaknya artis panas. Namanya melayang
setelah kematian menjemputnya atas nama cinta.
Pemuda
berusia 23 tahun ini meregang nyawa setelah dikeroyok oleh 16 orang suporter
Persib Bandung (Klub Sepak Bola dari Bandung) yang menyasar anggota The Jak
Mania (Organisasi suporter Persija –Klub Spak Bola dari Jakarta-). Tanpa ampun
dan seperti pembunuh profesional, korban dianiaya secara bersama-sama dengan
menggunakan alat yaitu besi, helm, keling, kaca piring, balok kayu dan senjata
lainnya. Tak ayal, nyawa tak mampu melekat lagi di raganya.
Kejadian
ini tentu meninggalkan luka dan duka, tak hanya bagi keluarga Haringga, dunia
persepakbolaan pun berduka. Baik PERSIB maupun PERSIJA tentu tak senang dengan
kejadian ini. Nyawa manusia seakan lebih murah dari kerupuk bukanlah hal yang
diharapkan oleh kedua klub sepak bola yang telah lama berkiprah di dunia
olahraga tendang bola tersebut.
Haringga
adalah seorang fans –penggemar- Persija, bahkan organisasi The Jak Mania telah
mengkonfirmasi bahwa dia merupakan anggota. Karena itu pada Minggu, 23
September 2018 ia pergi ke Bandung untuk menyaksikan pertandingan laga panas
antara PERSIB melawan PERSIJA. Sayangnya, hari itu merupakan hari terakhirnya
untuk menghirup udara di Bumi sebelum akhirnya berpulang.
Pertikaian
antar penggemar sebenarnya bukan hal baru lagi di dunia, hal ini di sebut
dengan Fan War. Umumnya para penggemar ini bertikai di dunia maya, meskipun tidak
jarang berlanjut ke dunia nyata. Perang seperti ini bisa kita ambil contohnya
dari para anggota fandom (Fans Kingdom; di Indonesia disebut organisasi
suporter) di Korea Selatan. Bagi fans fanatik akan melakukan ‘serangan’ bukan
hanya kepada fandom lawan tapi bisa juga pada artis yang merupakan saingan dari
idolanya. Mereka bisa melakukan berbagai hal buruk seperti memberikan komentar
buruk pada idol sehingga membuat mereka depresi, melakukan dislike berjamaah
pada video atau memberikan ‘black ocean’ saat mereka tampil di panggung. Mereka
juga bisa melakukan bullying kepada orang lain yang dianggap “tidak pantas
dekat” dengan idola mereka. Seorang gadis berusia 15 tahun meninggal bunuh diri
karena tidak tahan menghadapi bully ini setelah ia mengunggah fotonya bersama seorang
artis dalam sebuah acara yang dia ikuti.
Selain
itu ada jenis penggemar extrimis lain yang disebut sasaeng fans. Seorang idola
terkenal di sana bisa memiliki 100-500 sasaeng fans yang bukan hanya merepotkan
tapi juga bisa membahayakan nyawa. Terkadang mereka bisa lebih kejam dari
‘antifans’.
Sasaeng
Fans bisa melakukan hal berbahaya seperti meracuni idola mereka, masuk ke
apartemen mereka dan bersembunyi di kamar idola, melakukan penculikan, mengirim
surat ‘berdarah’, melakukan penyamaran, menggangu acara keluarga, melukai dan
melecehkan hingga menguntit idola sampai mereka kecelakaan.
Lain
dulu, lain sekarang, pada masa Arab jahiliyah, cerita tentang “Fandom Harga
Mati” ini pun ada. Perang sering terjadi di sana, hanya karena dipicu oleh
masalah-masalah sepele. Perkara cinta berlebih atau fanatisme terhadap suku dan
kabilah mereka sendiri seperti darah yang mengalir di dalam pembuluh darah,
begitu lekat dan pekat. Karena masalah unta saja, perang selama 40 tahun terjadi
antara Bani Bakr dan Taghlib.
Sebenarnya
tidak ada yang salah dengan memiliki cinta, karena itu adalah salah satu anugrah
dari yang Maha Kuasa. Representasi cinta di masa sekarang adalah dengan
mengidolakan siapa yang dicintainya, entah itu artis ternama, tokoh tertentu,
keluarga yang paling di sayang dsb. Setiap manusia memiliki potensi naluri ini,
hanya tinggal manusia saja yang memilih akan mengalihkan naluri tersebut ke
arah yang baik atau buruk.
Islam
memiliki konsep cinta yang tidak sama dengan pemahaman manusia kebanyakan zaman
sekarang, dimana cinta adalah bentuk kesenangan di dunia. Sumber cinta bukan
karena keimanan dan ketaatan kepada-Nya, namun karena rupa dunia seperti wajah
yang tampan/cantik, harta yang melimpah, kemampuan membuat orang lain tertawa,
memiliki bakat olahraga, kepandaian di atas rata-rata dsb.
Kebencian
pada zaman ini juga bukan karena seseorang itu kufur dan maksiat, namun
siapapun yang menjadi lawan idolanya, maka dia juga wajib dibenci, dilawan
hingga dihajar. Tak peduli bahkan hingga ada nyawa yang melayang.
Selayaknya
seorang muslim itu berhati-hati dengan perasaannya. Karena orang-orang yang
kita cintai selama di dunia akan dipertemukan kembali kelak di akhirat nanti.
Apa jadinya bila ternyata orang-orang itu saling mencinta atau membenci yang
membuat Sang Maha Pencipta tak lagi dianggap? Hal ini seperti pernah
diriwayatkan dalam sebuah hadits bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Seseorang akan bersama dengan orang yang
dicintainya.”
Dalam
sebuah ayat yang tidak asing berbunyi, “Sesungguhnya orang-orang yang beriman
itu bersaudara.” (QS. Al-Hujurot:10); Perkara saling mencintai karena Allah di
antara orang-orang beriman sangat besar pahalanya, karena itu perlakuan kepada
sesama saudara seperti yang disunnahkan oleh Rasul seperti saling mendoakan di
saat tidak sedang bersama, meminta doa dari saudaranya, menziarahi, duduk
bersama, menjalin persaudaraan, saling memberi karena Allah.
Membunuh
satu nyawa tidak berdosa sama dengan membunuh manusia keseluruhannya. Sungguh
dosa yang besar, yang hanya karena memiliki keimanan hakiki kepada Allah,
manusia akan merasakan dan menghayati betapa nyawa manusia adalah pemberian atau
hak hidup dari Allah SWT dan hanya Allah saja yang berhak mencabutnya bila Dia
berkehendak.
Kejadian
brutal yang terjadi baru-baru ini atau mungkin kejadian lainnya terjadi karena
pergeseran standar kebahagiaan hidup manusia, dimana sekarang sumber bahagia
adalah kesenangan dunia semata, bukan karena keimanan-Nya kepada Allah.
Pemahaman
para generasi muda akan cinta dipengaruhi oleh cerita romansa fiksi dan euforia
pertunjukan kehebatan sementara. Sehingga tidak berpikir untuk meraih keimanan
dan mengurai hakikat kehidupannya sendiri. Dengan begitu dunia seakan taman
bermain miliknya sendiri, dengan aturan yang dibuat sendiri, bahkan hingga
merasa bisa main hakim sendiri.
Pemberantasan
siklus kejam ini adalah dengan menginstall pemikiran Al-Qur’an pada setiap
individu muslim, yang kemudian diterapkan dalam seluruh segmen tanpa
terkecuali. Sehingga dengan begitu keteraturan akan terjaga karena rahmat yang
memancar ke seluruh alam.
Jember,
27 Sept 2018
Bener bgt mba, umat harus segera instal pemikiran Islam.
BalasHapus