#InfoMuslimahJember -- Dunia dirundung duka, pasalnya covid-19 atau virus
Corona tengah menyerang sejak akhir tahun lalu, dan pada Rabu (11/3/2020),
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa virus corona telah
menjadi pandemi global. Berpusat dari kota Wuhan, China, virus ini dengan cepat
menyebar ke 121 negara dan wilayah di dunia, Indonesia salah satunya.
Di Indonesia sendiri sejak kasus pertama diumumkan
pada tanggal 2 Maret lalu, hingga kini angka terpapar terus meningkat secara
eksponensial. Indonesia kelimpungan hingga gonta ganti kebijakan pun dilakukan,
namun efek dominonya tak dapat terelakkan. Masyarakat diterpa nestapa, bukan
hanya wabah Corona yang menjadi ancaman, tapi juga wabah kemiskinan dan
kelaparan di depan mata. Sebelum Covid-19 melanda saja, 22 juta penduduk
Indonesia sudah mengalami kelaparan kronis, apalagi pasca merebaknya wabah ini?
Banyak berita menyesakkan menimpa saudara kita
berseliweran di kanal media. Ada yang kelaparan beberapa hari tidak makan, ada
yang hanya bisa makan lauk cabai, ada yang terpaksa mencuri beberapa liter
beras untuk mengganjal perut dan berakhir dikeroyok massa, hingga ada yang
harus meregang nyawa, dan berita-berita lainnya yang mengurai air mata.
Dalam situasi seperti ini berhembuslah angin segar.
Pemerintah pusat melalui Kementerian Sosial mulai menyalurkan bantuan sosial
(bansos) berupa paket sembako kepada warga tak mampu yang terdampak secara
ekonomi di Jabodetabek. Sementara, keluarga di luar Jabodetabek akan mendapat
Bantuan Langsung Tunai senilai Rp 600 ribu.
Untuk wilayah Jabodetabek, paket sembako senilai Rp
600 ribu per satu kantong tersebut akan disalurkan selama tiga bulan, mulai
April sampai Juni, langsung menuju rumah-rumah warga yang tercatat sebagai
penerima. Untuk wilayah DKI Jakarta Bansos akan didistribusikan kepada 1,3 juta
kepala keluarga dan wilayah Bodetabek 600 ribu kepala keluarga.
Kabarnya, distribusi Bansos tersebut sempat
terhambat karena ketersediaan kemasan. Sebagaimana diketahui, paket sembako itu
tidak dibungkus dengan sembarang kantong, melainkan kantong kain merah putih
bertuliskan 'Bantuan Presiden RI Bersama Lawan Covid-19'.
Miris! Rakyat yang sudah kelaparan harus
menunggu kemasan jadi dulu. Padahal sejatinya dengan adanya kemasan, selain tidak efisiensi waktu bisa jadi tidak efisiensi biaya. Hal ini dikarenakan biaya produksinya bisa mencapai milyaran. Jika misal, harga per kantong itu 10 ribu, dikalikan 1,9 juta
penerima selama tiga bulan, total anggarannya bisa mencapai angka Milyaran. Angka sebesar itu tentu akan lebih baik bila digunakan untuk menambah penerima manfaat. Mengingat masih banyak rakyat
yang belum tersentuh bantuan. Ketertundaan bantuan karena perkara kemasan ini membuktikan bahwa pemerintah masih mementingkan pencitraan.
Dalam proses distribusi Bansos maupun BLT pun masih
berbelit. Masyarakat banyak yang mengeluhkan rumitnya mengakses bantuan
pemerintah dalam penanganan wabah. Mulai dari data ganda, salah sasaran,
validitas penerima, dan masalah birokrasi dan teknis lainnya. Sungguh mengaduk
perasaan, untuk jumlah bantuan yang sebenarnya tidak mencukupi kebutuhan.
Kondisi krisis dan wabah seperti saat ini pernah
terjadi di masa keemasan Islam. Tercatat
dalam tinta emas sejarah bagaimana Khalifah Umar bin Khattab mampu
menyelesaikannya secara gemilang. Kala itu ibu kota negara tengah dilanda
krisis. "Jika Allah tidak menolong kami dari Tahun kelabu ini, kami kira
Umar akan mati dalam kesedihan memikirkan nasib Muslimin" begitulah kesan
penduduk Madinah yang diabadikan sejarah.
Jika beberapa waktu lalu pemimpin negeri ini
dimiripkan dengan sosok Khalifah Umar, patutlah beliau menilik bagaimana
kesungguhan sang Khalifah memikirkan nasib rakyatnya. Umar memegang prinsip
yang mulia, "Bagaimana saya akan dapat memperhatikan keadaan rakyat jika
saya tidak ikut merasakan apa yang mereka rasakan." Sumpah Umar melegenda
dalam catatan sejarah.
Tidak hanya dalam ucapan, namun juga membuah dalam
tindakan nyata. Beliau berhemat dan bergaya hidup sederhana, bahkan lebih
kekurangan dari masyarakatnya. Dengan itu beliau bisa merasakan betul bagaimana
penderitaan yang dialami oleh rakyatnya. Beliau kemudian segera mengeluarkan
kebijakan untuk menanggulangi krisis ekonomi secara cepat, tepat dan
komprehensif. Untuk mengoptimalisasi keputusannya, Khalifah segera mengerahkan
seluruh struktur, perangkat negara dan semua potensi yang ada untuk segera
membantu masyarakat yang terdampak.
Abu Hurairah ra. menceritakan dengan gamblang
bagaimana Khalifah Umar ra. melakukan itu semua. Ia berkata: Semoga Allah merahmati lbnu Hantamah. Saya pernah
melihat dia pada tahun kelabu memanggul dua karung di atas punggungnya dan
sewadah minyak berada di tangannya. Ia meronda bersama Aslam.
Saat keduanya
melihatku, Umar bertanya, “Dari mana engkau, wahai Abu Hurairah?”
Saya
menjawab, “Dari dekat sini.”
Saya pun membantu dia memanggul. Kami memanggul
hingga tiba di perkampungan Dhirar. Tiba-tiba ada sekelompok orang berasal dari
dua puluh kepala keluarga datang. Umar bertanya, “Ada apa kalian datang?”
Mereka menjawab, “Lapar.”
Mereka pun mengeluarkan daging bangkai yang mereka
makan dan tumbukan tulang yang mereka telan. Aku (Abu Hurairah) melihat Umar
meletakkan selendangnya. Ia kemudian memasak dan memberi mereka
makan hingga kenyang. Selanjutnya, Aslam tiba di Madinah dengan membawa
kain bordiran hingga berkeringat dan memberikannya kepada mereka. Selanjutnya,
ia selalu mendatangi mereka dan juga yang lain hingga Allah
menghilangkan musibah itu dari mereka.
Salah seorang wanita Arab berkata kepada Umar,
“Tidaklah Umar mendekati seorang wanita pun pada masa kelabu kecuali ia
melenyapkan duka orang-orang.”
Diriwayatkan dari Anas, “Perut Umar bin al-Khathab
selalu keroncongan di tahun kelabu, sebab ia hanya makan dengan minyak. Ia
mengharamkan mentega untuk dirinya. Ia memukul perut dengan jari-jarinya dan
berkata, "Berbunyilah karena kita tidak punya apa pun selain minyak hingga
rakyat sejahtera.’”
MasyaAllah begitu indah akhlak pemimpin yang
memimpin dengan kitabullah dan sunnah Rasul-Nya. Rasa takut akan
pertanggungjawaban kelak di sisi Allah menjadikannya serius dan tulus mengurus
rakyatnya.
Tidakkah kita rindu??
0 Comments
Posting Komentar