Oleh:
Vania Puspita Anggraeni
#InfoMuslimahJember -- Lebaran tahun ini
memang berbeda dari tahun sebelumnya. Pasalnya, hari ini dunia dilanda wabah
COVID 19 yang mengharuskan seluruh kaum muslimin menahan
diri untuk melakukan interaksi sosial agar dapat memutuskan penyebaran virus.
Adanya fenomena
silahturahmi digital di tengah pandemi ini pula yang membuat tim khilafah channel
memberikan suguhan tema yang menarik dalam pembicaran berbobot pada tanggal 25
Mei 2020 pukul 08.30 WIB hingga pukul 11.45. Tema yang disuguhkan yakni Lebaran
on Digital, Bahagia Dalam Kemenangan, Semangat Dalam Dakwah. Pembicaraan yang
mengusung hastag #LebaranKitaIstimewa berhasil menyedot 25 viewers youtube.
Benar-benar bukan angka yang sedikit.
Acara yang digelar oleh
tim khilafah channel dengan komando host Karebet Wijaya Kusuma ini menghadirkan
dua pembicara kondang yang namanya sudah tidak asing lagi dalam acara dakwah
yang menyerukan islam kaffah. Ya,Ustadz H. M. Ismail Yusanto dan KH. Rahmat S. Labib mengambil peran
untuk menyukseskan acara yang digagas tim khilafah channel pagi tadi. Tidak
hanya itu, acara ini juga dimeriahkan oleh lebih dari 34 perwakilan kaum
muslimin yang mewakili hampir seluruh provinsi yang ada di Indonesia.
Pembicaraan tentang lebaran digital ini diawali oleh KH. Rahmat S.
Labib yang menyampaikan bahwa tanda diterimanya amal menurut Hasan Al Basri
adalah adanya kebaikan setelahnya. Seperti kita mendengar adanya istilah haji
mabrur yang mengartikan bahwa adanya ketaatan setelah datang dari beribadah
haji. Begitu juga sama seperti pertanda diterimanya amal ketika bulan ramadhan
adalah yakni adanya output yang menjadikan diri semakin berkualitas pasca
ramadhan.
Sebagaimana apa yang Allah firmankan dalam QS. Muhammad ayat 17 “Dan
orang-orang yang mendapatkan petunjuk, Allah akan menambah petunjuk kepada
mereka dan menganugerahkan ketaqwaan kepada mereka”. Juga dalam QS. Al-Baqarah
ayat 183 “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa
sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,”
terkait makna takwa ini dapat merujuk pada makna yang disebutkan oleh murid
Ibnu Abbas Ra, bahwa makna ketakwaan adalah mengerjakan amal ketaatan kepada
Allah atas dasar petunjuk dari Allah dengan mengharap rahmat dari Allah, serta
meninggalkan kemaksiatan kepada Allah atas dasar petunjuk dari Allah karena
takut dengan azab Allah. Maka tidak disebut takwa jika belum tunduk dengan
seluruh syariat yang Allah tetapkan.
Selanjutnya, pembicara kedua
oleh KH. M. Ismail Yusanto yang mengawali dengan bahasan tentang filosofi
lebaran. Istilah lebaran yang dilihat dari bahasa Jawa yang artinya sudah.
Sudah berakhirnya Ramadhan yang dilanjutkan dengan Idul Fitri atau Lebaran. Hal
ini membuktikan adanya akuluturasi budaya jawa yang begitu lekat dengan islam.
Seolah mengajarkan bahwa agama dapat diterapkan dalam pengaturan budaya
sekalipun.
Lalu, selanjutnya tentang keistimewaan ramadhan tahun ini yang
banyak digadang-gadang oleh masyarakat. Keistimewaan ramadhan salah satunya
adalah kedatangannya ditengah situasi pandemi dengananjloknya perekonomian
secara global dan buruknya penanganan wabah dari penguasa hari ini. Namun,
untungnya kondisi datangnya pandemi tidak terlalu jauh dengan datangnya
ramadhan sehingga adanya kekuatan bagi rohani dapat dirasakan untuk semakin
bertawakal terhadap ketetapan Allah serta berikhtiar semaksimal mungkin sebagai
manusia biasa. Selain itu acara ini juga disertai dengan takbir yang dikumandangkan
oleh perwailan kaum muslimin dari seluruh penjuru negeri secara bergantian,
pemberian ucapan selamat hari raya, penyampaian permohonan maaf dan beberapa
ucapan motivasi untuk tetap berjuang menyuarakan islam kaffah dalam naungan
khilafah dengan bahasa masing-masing.
Dari adanya pembahasan yang melibatkan dua tokoh dakwah islam kaffah
dan perwakilan tokoh muslim dari seluruh penjuru negeri menunjukkan bahwa
ramadhan yang telah berlalu hendaknya menjadi alat bermuhasabah dan kontrol
diri untuk senantiasa melakukan ketaatan sebagai output keberkahan ramadhan
yang hendak di raih. Yakni ketaatan yang hakiki harusnya terus mendarah
daging dan tidak musiman karena ketaatan sejatinya merupakan sebuah keharusan
bagi setiap muslim sebagai konsekuensi keimanan kepada Tuhannya. Sehingga
tegaknya khilafah menjadi wasilah untuk melakukan ketaatan secara komprhensif
dan masif oleh seluruh lapisan masyarakat agar tercipta sebuah negeri yang
tidak hanya mencapai kemaslahatan dalam urusan dunia tapi juga keberkahan di
sisi Allah.
Selain itu, adanya keterlibatan perwakilan seluruh penjuru negeri
menjadi bukti bahwa agama Islam dapat melebur dengan budaya dan tradisi seperti
yang telah diajarkan para Wali Songo di tanah jawa yang berdakwah dengan
wasilah akulturasi kebudayaan yang ada di tengah masyarakat, bukan menjadi
ancaman yang digaungkan oleh beberapa sumber belakangan ini. Sejatinya, Islam
tidak pernah merusak, karena islam diturunkan Allah sebagai rahmat seluruh
alam.
0 Comments
Posting Komentar