Oleh: Vania Puspita Anggraeni
#InfoMuslimahJember -- Acara Risalah
Akhir Tahun atau biasa disebut RATU yang diselenggarakan pada tanggal 26
Desember 2020 pagi tadi pukul 09.00 WIB melalui zoom dan siaran youtube,
berhasil meraih 26.000 viewers hingga
acara selesai. Acara yang dilaksanakan setiap satu tahun sekali ini mengusung
tema Berkah Dengan Khilafah dengan
dipandu Bu Nanik Wijayanti, S. P. selaku host pada acara tersebut dan Hj. Firda
Muthmainnah, S.Si, sebagai MC. Acara ini berlangsung selama kurang lebih 2,5
jam dengan menggandeng 3 narasumber yang berkompeten di bidangnya. Beliau
adalah Ibu Hj. Ir. Dedeh Wahidah Achmad
(Konsultan dan Trainer Keluarga Sakinah) sebagai narasumber pertama, Ibu Pratma
Julia, S.P. (Pengamat Kebijakan Publik), dan Ibu Erma Rahmayanti, S.P.
(Pemerhati Kebijakan Keluarga dan Generasi). Dalam acara kali ini, terbagi dua sesi talkshow yang berbobot.
Sesi pertama menguak bagaimana Demokrasi sudah menunjukkan kebobrokannya
sebagai sebuah sistem dan sesi kedua mengenai gambaran khilafah sebagai
alternatif solusi yang dari Allah.
Ibu Dedeh Wahidah
sebagai pemateri pertama, mendapat beberapa pertanyaan dari host mengenai
demokrasi. Dalam sudut pandang yang beliau berikan, Demokrasi sudah tidak bisa
diselamatkan karena beberapa faktor. Pertama,
demokrasi berasal dari manusia yang memiliki akal terbatas. Sehingga akan
ada celah terjadinya kesalahan dalam pengaturannya. Kedua, demokrasi berkolaborasi dengan kapitalis. Beliau memberi
contoh dari faktor ini dengan studi kasus pemilu. Dimana pemilu dalam demokrasi
memerlukan dana besar untuk melakukan kampanye. Dana kampanye tersebut dapat
berasal dari uang pribadi paslon atau sokongan pengusaha. Sehingga jika paslon
tersebut berhasil menduduki kursi kekuasaan, tidak menutup kemungkinan akan ada
upaya balik modal yang telah dikeluarkan selama kampanye dan adanya sistem
balas budi. Dimana paslon akan menerima pesanan kepentingan dari pendukung yang
telah menyokongnya selama kampanye. Selain itu, Ibu Dedeh Wahidah juga
mengatakan bahwa demokrasi dapat bertindak otoriter untuk mempertahankan
kekuasaannya. Sehingga dapat dikatakan jika demokrasi sukses membagi-bagi
kekuasaan tapi gagal dalam mendistribusikan kesejahteraan dan keadilan bagi
rakyat. Menurut Ibu Dedeh Wahidah sebagai seorang muslim seharusnya hanya
mengikuti aturan dari Allah yang ada pada Al-qur’an dan As-sunnah. Bukan yang lainnya.
Sementara, Ibu
Pratma Julia sebagai pemateri kedua mendapat pertanyaan dari host mengenai
kemungkinan demokrasi berkolaborasi dengan syariat. Dengan tegas dan lugas,
beliau menjawab bahwa Demokrasi tidak bisa berkolaborasi dngan syariat, sebab
demokrasi berasal dari akal manusia yang terbatas dan terdapat banyak celah
kesalahan. Sementara, aturan islam berasal dari Allah yang Maha Benar. Adanya
kolaborasi demokrasi dengan syariat sama dengan mencampurkan perkara haq dan
bathil. Tidak hanya itu, dalam demokrasi aturan yang digunakan berasal dari
manusia. Sehingga dapat berubah-ubah dengan mudah sesuai keinginan manusia.
Padahal, hanya Allah yang berhak membuat peraturan. Sehingga tidak bisa aturan
manusia menandingi aturan Allah. Selain itu, asas sekuler yang bercokol juga
dapat membuat umat semakin menjauh dari Allah.
Tidak ketinggalan,
Ibu Erma Rahmayanti sebagai pemateri
ketiga juga mendapat pertanyaan terkait jaminan khilafah. Maka dengan gamblang
beliau menjelaskan bahwa Allah memberi empat jaminan dalam penerapan khilafah. Pertama, kedaulatan berada di tangan
hukum syara’, sehingga posisi konstitusi tidak dapat mengalahkan aturan Allah. kedua, pemimpin yang ditunjuk dalam
kepemimpinan khilafah harus memenuhi kriteria yang telah ditetapkan, yaitu kuat
ilmu dan bertakwa sehingga akan selalu menghadirkan Allah dalam setiap
pengambilan keputusan. Ketiga, efisiensi
birokrasi. Sehingga permasalahan akan semakin cepat ditangani karena tidak ada
ketimpangan regulasi. Keempat, kesatuan
komando dibawah khalifah. Dimana khalifah juga tidak akan memberi perintah
diluar syariat islam.
Selanjutnya,
memasuki sesi tanya jawab mengenai demokrasi dan khilafah, host mengambil tiga
pertanyaan dari peserta. Pertanyaan pertama terkait kemungkinan demokrasi
diperbaiki langsung dijawab oleh Ibu Pratma Julia bahwa demokrasi telah rusak akarnya. Ibarat tanaman yang akarnya
telah membusuk, maka dipindah ke tanah yang lain berulang kali juga tidak bisa
merubah keadaan. Sehingga, menurut beliau, demokrasi tidak bisa diperbaiki. Pertanyaan
kedua, peserta menanyakan bahwa letak kesalahan berada pada demokrasi atau
pemimpin selaku pelaksana aturan? Dengan tegas Ibu Erma Rahmayanti menjawab
demokrasi telah rusak akarnya dan seseorang yang yang berhukum dengan hukum
selain dari Allah maka termasuk orang dzalim. Pertanyaan ketiga hampir serupa
terkait kompromi dalam demokrasi. Ibu Erma Rahmayanti mengatakan bahwa tidak
ada kompromi dalam demokrasi.
Usai sesi tanya
jawab, testimoni tokoh diberikan oleh Hj. Irene Handono selaku pakar kristologi dan Hj. Komariah selaku pembina majlis ta’lim. Dalam sesi testimoni tersebut, Hj.
Irene Handono mengatakan bahwa dalam demokrasi terdapat arogansi untuk menggeser aturan Allah dan menggantinya
dengan aturan manusia. Beliau mengatakan untuk tetap menyerukan kebaikan agar
terhindar dari kerusakan. Diamnya orang baik akan membawa kerusakan pada umat
dan negara. Maka, beliau mengajak untuk kembali pada aturan Allah yang membawa
kemaslahatan. Sementara Hj. Komariah mengatakan dalam sesi testimoni bahwa demokrasi
adalah rekayasa global buatan manusia. Dimana Yahudi ingin menjadikan negara
islam sebagai jajahan sejak keruntuhan khilafah. Beliau mengatakan bahwa saat
ini terjadi ghazul fikr, untuk
meredam keinginan umat muslim berislam kaffah. Padahal, sistem khilafah telah
terbukti pernah berjaya membawa kemaslahatan.
Sesi ke dua, host
kembali melontarkan pertanyaan pada setiap pemateri. Host memberi pertanyaan
pada pemateri pertama terkait langkah menuju terwujudnya khilafah. Ibu Dedeh
Wahidah menjawab bahwa harus ada tiga komponen dasar yaitu, pertama pemahaman benar terkait
penegakkan khilafah. Kedua, keyakinan
kokoh agar tidak mudah disesatkan pada pemahaman yang salah. Ketiga, Aksi nyata untuk mewujudkan
khilafah. Meski khilafah akan tetap tegak tapi seseorang yang berperan tentu
tidak akan sama dengan seseorang yang bertindak sebagai penonton. Beliau juga
mengatakan bahwa metode yang digunakan dalam sebuah aksi nyata hendaknya sesuai
dengan ajaran Rasulullah, yakni dakwah pemikiran. Adapun secara rinci beliau
mengatakan aksi tersebut harus diiringi dengan mengkaji shirah dan islam yang
bervisi khilafah.
Sementara untuk
pemateri kedua, host memberikan pertanyaan seputar penyatuan potensi kesadaran
umat. Ibu Pratma Julia menjawab bahwa untuk menyatukan kesadaran umat harus ada
sekelompok orang yang terkodinir dengan kegiatan amar ma’ruf nahi mungkar dan
beraktivitas politik seperti contoh Rasulullah. Menurut beliau untuk
memaksimalkan upaya dakwah, maka semua komponen perlu terlibat dengan
memanfaatkan potensi yang ada.
Lalu terkait
penyikapan statement ketidaksiapan
umat dalam tegaknya khilafah, host memberikan pertanyaan pada Ibu Erma
Rahmayanti untuk memberikan tanggapan. Beliau mengatakan,
jangan menyikapi sesuatu dari realita yang ada. seharusnya, umat islam
menggunakan parameter islam dan tidak boleh menyerah. Bahkan beliau juga
mengatakan, bahwa seorang muslimah juga bisa mengambil peran dalam dakwah tanpa
terkecuali.
Memasuki sesi
tanya jawab pada talkshow sesi kedua, host kembali mengambil tiga pertanyaan
dari peserta. Pertanyaan pertama terkait langkah penegakkan khilafah secara
praktis dijawab gamblang oleh Ibu Dedeh Wahidah. Menurut beliau, penegakkan khilafah bisa dimulai dengan
memperbanyak bacaan, mendengar dan menganalisis kondisi yang ada. serta
meningkatkan kadar mengkaji islam kaffah, dan meniatkan semua karena Allah.
Lalu pertanyaan kedua mengenai perbedaan golongan ditengah penegakkan khilafah
dijawab oleh Ibu Pratma Julia bahwa untuk permasalahan furu’/
cabang tidak menjadi masalah jika ada perbedaan asal ajaran dasar tetaplah
sama. Sementara untuk pertanyaan ketiga terkait ketaatan pada ulil amri,
dijawab secara lugas oleh Ibu Erma Rahmayanti bahwa ulil amri yang ditaati adalah ulil amri yang taat pada Allah
dan Rasulnya.
Memasuki testimoni
tokoh pada talkshow sesi kedua, Dr. Ir. Pugoselpi Rokhman Dahuri, M. Si sebagai tokoh masyarakat memberikan
testimoni secara jelas bahwa permasalahan bangsa yang carut marut saat ini
akibat umat yang meninggalkan ajaran islam, sehingga penegakkan syariat menjadi
suatu keharusan untuk menyudahi permasalahan saat ini.
Acara diakhiri
dengan pemutaran vidio MMC, pembacaan komentar peserta oleh host, pembacaan doa oleh Ustadzah Murti’ah
dan untaian kata dari Host “Tidak ada artinya kehidupan yang kita jalani
kecuali amal sholih yang mengantar ke surga”
Masya Allah, semoga kita segera meraih keberkahan bersama KHILAFAH. Sukses untuk agenda RATU
BalasHapusDemokrasi sudah mati, tinggalkanlah, ganti dengan khilafah
BalasHapus