Jember, Sabtu (19/02/22) Para mahasiswa muslimah dari berbagai kampus dan komunitas berkumpul dalam acara e-Talk ‘Millenials back to Islam : Stop Sexual Violence’ yang diselenggarakan oleh Back to Muslim Identity melalui via zoom meet dan WA grup. Acara ini berjalan dengan lancar ditandai oleh antusias dari para mahasiswa muslimah dalam forum yang ikut ramai mengungkapkan berbagai fakta terkait kekejian kekerasaan seksual hari ini, serta antusiasnya para mahasiswa muslimah menghidupkan sesi tanya jawab dengan bertanya dan sharing.
Acara
ini dipandu langsung oleh Kak Nuning beserta rekannya yaitu Kak Vivi sebagai host,
sekaligus bersama 2 pemateri yang hebat, Kak Hida (Co.BMIC Jember) dan Kak Ayu
Fitri (Part of BMIC Jember). Acara diawali dengan hidangan nobar yaitu review
film ‘Penyalin Cahaya’, kemudian dilanjut pula dengan cemilan manis special
yaitu live suara emas Kak Ratih membawakan lagu ‘Muslimah Berdaya’. Baru
setelah itu acara dibuka oleh Kak Nuning sebagai host, menyapa, memberikan poling
game, dan sebelum memasuki sesi sharing-sharing dengan pemateri, kak nuning mendatangkan
Quest Star sebagai pematik sekaligus sebagai saksi hidup langsung terkait pergaulan
mahasiswa di kampus dan di daerah sekitar yang ditemui oleh aktivis mahasiswa
yaitu dibersamai oleh Kak Lily (Aktivis UNMUH) dan Teh Enung (Founder Muslimah
Youth Club) sebagai Quest Star asal negeri metropolitan. Dari hasil
sharing-sharing bersama 2 quest star ini, ternyata kekerasan seksual serta pelecehan
seksual itu terjadi dimana mana dan beragam macamnya, bahkan di tempat
kecil/gang, begitupun di kota besar/kota jauh, entah itu pelecehan yang verbal
atau tidak, entah itu masalah psikis atau paksaan berlabel ‘pacaran’, dan
ternyata semua bentuk bentuk pelecehan dan kekerasan seksual yang ada semuanya
bersifat ‘terencana’. Miris..
Mengawali
sesi sharing bersama pemateri, kak nuning membuka dengan pertanyaan yang di
lontarkan kepada kak ayu fitri dan kak hida. “Kenapa kekerasan seksual itu
sangat erat dengan perempuan?”.
Kak
ayu menjelaskan, perempuan memang rentan menjadi korban karena perempuan adalah
makhluk yang istimewa, bahkan sangking istimewanya Allah mengibaratkan wanita
itu layaknya perhiasan yang pastinya menarik. Pun melihat dari fakta yang ada,
wanita adalah satu hal yang menarik, dari ujung kepada sampai kaki semuanya
sangat menarik untuk dipandang apalagi bagi kaum adam. Maka dari itu sangat
interes dengan kekerasan seksual entah itu dalam segi privat atau tidak.
Dilanjut
dengan penjelasan kak hida, kebanyakan kecenderungan laki-laki melihat
perempuan adalah dengan pandangan seksual. Hal ini bisa kita liat dari pengaruh
tontonan yang dilihat, misal yang ia lihat film tentang guru yang berpacaran
dengan murid maka hal itu akan membuat laki-laki juga memandang guru yang
seharusnya adalah guru yang harus dihormati berganti dengan pandangan seperti
yang ia tonton sebelumnya. Kita diarahkan untuk berpandangan tidak jauh-jauh
dari seksual, dan ternyata hal ini adalah pandangan yang dibuat oleh
orang-orang barat yang mana seksual bagi mereka adalah kebutuhan yang harus
dipenuhi. Seperti contohnya di Swiis, anak-anak perempuan yang umurnya 16 tahun
ketika ia masih ‘virgin’ dianggap suatu hal tabu, padahal hal seperti itu bagi
kita malah sebaliknya itu adalah aib dan hal tabu, tapi bagi mereka itu adalah
suatu hal yang normal jika umur 16 tahun mereka sudah tidak virgin. Yaitu
karena mereka menggangap bahwa seksual itu adalah kebutuhan. Dan pandangan
barat itu sangat berefek besar bagi masyarakat, akhirnya terjadi kerusakan
dimana-mana, bapak yang melampiaskan hasrat seksualnya kepada anakanya,
pacarnya, anak kecil, siapapun yang ia temui bahkan sampai hewan pun jadi.
Miris.
Kak
hida menegaskan bahwa seksual sebenarnya bukan kebutuhan yang harus dipenuhi,
karena kalau tidak dipenuhi tidak akan mati, mungkin hanya gelisah. Namun berbeda
dengan makan, minum, tidur itu baru kebutuhan jasmani yang ketika tidak
dipenuhi maka akan mati.
Lalu
dikunci oleh kak nuning, maka tidak heran kekerasan seksual mencuat dimana-mana
karena masyarakat berpandangan bahwa seksual merupakan kebutuhan yang harus
dipenuhi dengan siapapun.
Lalu bagaimana islam memandang,
apakah laki-laki dengan perempuan berkaitan pula dengan seksualitas seperti
pandangan barat?
Kak
ayu menuturkan, bahwa sebenarnya memang laki-laki maupun perempuan itu secara
fitroh memili naluri ketertaikan dan itu hal wajar. Yang tidak wajar adalah
langsung mengfollow up atau langsung di penuhi dengan orangnya, dengan cara apa
pemuasannya, dengan siapapun. Dan sebenarnya dalam islam telah tertera aturan
yang lengkap sehingga mampu menumpaskan pemenuhan-pemenuhan yang salah dalam
seksual. Karena kalau kita lihat orang-orang barat itu sebenarnya mereka
memenuhi kebutuhan hasrat mereka tujuannya hanya untuk mendapatkan kelezatan
dan kenikmatan semata, maka tidak akan menjadi masalah bagi mereka jika
dampakknya hamil, aborsi karena kembali lagi tujuan mereka adalah bukan untuk
memiliki anak atau membuat ikatan, hanya sekedar pemenuhan nafsu dan
kenikmatan. Sedangkan dalam pandangan islam, Allah menciptakan naluri seksual
punya tujuan utama yaitu melestarikan keturunan untuk produksi manusia,
kemudian diatur pula cara pemenuhannya yang benar sekaligus mulia yaitu dengan
pernikahan, yang akhirnya terjaga hasrat seksualnya dan tidak ada korban
kekerasan seksual karena sudah terpenuhi. Dan dalam islam media akan dibatasi
dan diatur, tayangan, buku-buku, dan lain lain yang berbau seksual tidak akan
ada sehingga akan terjaga secara total, segala faktor-faktor internal maupun
eksternal.
Ditekankan
kembali oleh kak nuning dari apa yang telah disampaikan oleh 2 pemateri, bahwa artinya
yang perlu dirubah di dalam diri masyarakat adalah dari paradigmanya atau pandangannya
terkait seks itu sendiri, yang mana seks itu bukanlah suatu kebutuhan yang
harus dipenuhi. Kalau menurut islam hal itu dipenuhi dengan pernikahan.
“Setelah
yang dijelaskan oleh kak hida dan kak ayu tentang kekerasan seksual, ada pertanyaan
nih, mengingat kalau orang-orang dulu itu kan ranahnya memang pernikahan, bukan
pacaran. Bahkan ketemu laki-laki dan perempuan itu malu-malu, pacaran aja tidak
boleh. Sedangkan jaman sekarang pacaran adalah hal wajar. Kenapa jaman dulu itu
tidak sebebas hari ini? yang mana melampiaskan seksual itu bukan ke dalam ranah
pernikahan malah kepada hal-hal lain, nah ini kenapa?” Tanya kak nuning
Sebelumnya
kak hida megeaskan bahwa pernikahan itu bukan hanya berbicara seksualitas saja.
Bukan hanya untuk pemenuhan seksual saja. Pernikahan itu sesuatu yang serius
dan bukan main-main, banyak hal yang harus dipersiapkan, banyak yang harus
dipelajari. Seperti yang Rasulullah katakan “wahai orang muda menikahlah ketika
kau sudah siap, kalau belum siap maka berpuasalah”. Yaitu pasanya dengan
menjauhkan diri dari rangsangan-rangsangan yang mengarahkan pada seksual,
mengalihkan ke aktivitas-aktivitas yang bermanfaatkan yang bisa mengalihkan
dari semua itu. Maka ketika kita belum bisa memenuhi cinta itu alihkan dahulu
cintanya kepada Allah, mendekatkan diri kepada Allah.
Kak
nuning menegaskan bahwa memang pandangan baratlah yang membuat kekerasan
seksual ini marak terjadi. Dari pandangan ini akhirnya masyarakat seenaknnya
melampiaskan hastrat seksualnya. Dan mereka juga tidak memahami arti dari
penikahan yang sebenarnya, mereka hanya menggangap bahwa pernikahan hanya
sekedar pemenuhan seksual, akhirnya mereka punya anggapan juga bahwa tidak
perlu menikah untuk bisa memuaskan hasrat seks. Dan dari pandangan barat itu
lahirlah banyak masalah antara perempuan dan laki-laki, tak hanya seksual, tapi
banding tinggi, kesataraan, wanita di nomer duakan dll.
Lalu, Apakah dalam sudut pandangan
islam laki-laki dan perempuan juga punya masalah antar keduanya?
Kak
ayu menyampaikan, bahwa sebenarnya ketika kita mengambil solusi islam, dan
mengaca pada sahabiyah-sahabiyah dahulu maka inayAllah tidak akan ada masalah
karena dari pandangan baratlah yang membuat para perempuan memilki banyak
masalah, dan memang pemahaman-pemahaman barat itu disasarkan kepada
peremuan-perempuan muslim yang akhirnya salah menfsifkan aturan yang bukan dari
islam.
“Didalam
islam laki-laki dan perempuan itu sama kedudukannya. Tidak ada yang unggul satu
dengan yang lain. Mereka punya potensi yang sama, punya kesempatan yang sama
untuk menempati posisi terbaik disisi Allah. Terlepas bahwa memang sangat jelas
perbedaan diantara keduanya secara fisik, biologis, fitroh itu adalah ciri khas
mereka masing-masing, malah ketika dipaksa sama itu adalah bentuk
ketidakadilan. Dan justru adanya perbedaan antara laki-laki dan perempuan ini
adalah dalam rangka untuk berkolaborasi, saling melengkapi, saling menolong,
dan melahirkan berbagai kebaikan dan kemaslahan untuk kehidupan ini..” Tutur
kak ayu.
Kak
nuning mengunci, bahwa adanya tuntutan setara, untuk bebas, kemudian perempuan
sama dengan laki-laki yang mana itu menjadi celah timbulnya kekerasan seksual
ini bermula dari pandangan barat, yang justru dari pandangan barat itu
perempuan makin banyak masalah, makin terkekang, makin terhinakan. Namun islam
yang justru menjadikan perempuan bisa berkontribusi dengan baik, posisinya
dimuliakan, dan pun juga punya potensi dan daya pikir yang sama seperti
laki-laki.
Dilanjut
dengan sesi Tanya jawab yang sangat meriah. Kemudian sesi sharing narasumber ditutup
dengan closing statement dari kak ayu dan kak hida.
“Untuk
benar-benar menstop kekerasan seksual, pelecehan seksual memang sangat
dibutuhkan solusi yang kompleks mulai dari perubahan cara pandang seksual dan
perempuan itu sendiri, dan bagaimana menerapkan system pergaulan dalam islam.
Dan ini tidak bisa dipahami hanya sekali dua kali, tapi terus berdiskusi
bersama kami BMIC sama-sama mengkaji mencari solusi dan akar masalah..” Closing
kak ayu
“Ternyata
pandangan barat itu tidak seindah yang kita bayangkan, yang kita liat di
media-media, bahkan malah merusak, dan membuat masalah yang komperhensif, jadi
sudahlah ya kita tak perlu berkutit kutit lagi dengan pemahaman barat itu.
Nah..ntuk bisa mendalami lebih jelas bahwa pandangan barat yang salah bisa baca
buku.’kritik terhadap pemikiran barat kapitalis’..”Closing kak hida
Beralih
ke sesi reviewers buku #YukGaulSyar’I oleh Kak Aisyah QK (Founder dari Ideo
Media) dan Kak Dina Amalia (Aktivis mahasiwa, Jurusan Kedokteran). Kemudian
sesi reviewers diakhiri dengan closing statement kak aisyah dan kak dina.
“Tidak
ada solusi yang pas kecuali solusi islam. Jadi kita harus back to islam..”Closing
Kak Dina.
“Bagaimana
kita bisa bertahan berperan dengan segala hal dan ujian, itu dari bagaimana
kita belajar, karena dengan belajar kita bisa membentuk menset yang benar,
dengan kita punya menset yang benar akhirnya keadaan apapun ujian apapun godaan
apapun didunia ini, kita akan tetap bisa
bertahan dan kokoh. Ketika kita punya pondasi yang kuat, menset yang benar yaitu
ilmu islam. Dan ini tidak cukup mengaji sekali tapi perlu mekanjutkan kelas
kelas intesif, atau kajian kajian intesif selanjutnya..” Closing Kak Aisyah QK
Dan
acara pun berakhir, ditutup dengan persembahan monolog oleh Kak Syarifah masih
tentang kekerasan seksual yang terjadi hari ini. acara pun selesai, ditutup doa
dan salam oleh Kak Nuning selaku host.
0 Comments
Posting Komentar