Oleh. Nuning Wulandari
“Seperti
udara kasih yang engkau berikan, tak mampu ku membalas, ibu”
Siapa
yang tak kenal lirik lagu diatas, menceritakan sosok wanita berprofesi manager
rumah tangga. Berbicara masalah ibu membuat hati ini selalu haru biru. Ibu
adalah malaikat yang dikirim Allah untuk menjaga anak – anaknya, mendidiknya,
menyangi dan membesarkan dengan sepenuh hati. Pelayanan 24 Jam yang diberikan
ibu kepada anggota keluarga tak akan mampu dibayar dengan gaji sebesar apupun.
Hari ini bertepatan dengan perayaan hari Ibu tanggal 22 Desember 2019, moment
ini selalu dimeriahkan dengan ucapan terimakasih dan kasih sayang kepada sosok
perempuan berjasa sepanjang masa bernama Ibu.
Kiprah perempuan diberbagai bidang
memang tidak bisa disepelekan. Laporan Grant Thornton International per Maret 2019 menyimpulkan “peran eksekutif perempuan di bisnis
global makin besar, dan khususnya seluruh negara ASEAN termasuk Indonesia telah
melakukan upaya perbaikan dalam mengentaskan kesenjangan gender di tempat
kerja”.
Sorotan terhadap kiprah perempuan inilah yang menjadikan isu utama
dunia menetapkan tahun 2030 sebagai tahun perwujudan planet 50 - 50 dan SDG’s. Planet
50 – 50 di tahun 2030 adalah upaya yang dilakukan pemerintah indonesia bersama
dengan 9 negara lain yang berkomitmen mewujudkan kesetaraan gender antara laki
– laki dengan perempuan. Negara – negara di dunia juga telah mengkampanyekan
gerakan “ He for She” sebagai upaya memperluas komitmen untuk memberikan rasa
aman dan nyaman kepada perempuan, sehingga memperoleh akses kesehatan,
pendidikan dan ekonomi yang layak.
Gerakan itu bertujuan untuk mengubah
dominasi kelompok laki-laki atas perempuan dengan perbandingan 70% laki-laki
dan 30% perempuan seperti yang selama ini terjadi. Sepanjang tahun 2019 – 2020
juga akan digelar berbagai agenda untuk memperingati 25 Tahun Deklarasi beijing
dan kerangka aksinya. Kampanye baru disebut Generation Euality – Realizing women’s rights and an equal future.
Kampanye yang diikuti forum “Beijing +25 Youth Task Force” ini untuk melibatkan
kaum muda dalam mewujudkan kesetaraan gender.
ILUSI KESETARAAN GENDER
Berbagai
inisiatif dan kampanye telah diluncurkan untuk mempercepat terwujudnya
kesetaraan gender. Para pejuang aktivis kesetaraan gender (kaum feminis) tidak
henti – hentinya bahkan semakin genit mengkampanyekan kesetaraan gender. Namun
nyatanya hal tersebut belum juga terwujud, alih – alih menyelesaikan masalah negara,
justru kesetaraan gender ini menambah masalah dalam masalah.
Pengarusutamaan
gender (PUG) memporak-porandakan bangunan keluarga Muslim. Kesetaraan gender
sebagai sebuah ide sejatinya hanya fatamorgana semata. Mencita – citakan
terwujudnya planet 50 – 50 adalah sebuah kemustahilan karena bertentangan
dengan kodrat manusia. Secara fitrah laki – laki dan perempuan di ciptakan
Allah dengan tugas yang berbeda. Memaksakan perempuan menjadi tulang punggung
sekaligus tulang rusuk sungguh tidak manusiawi. Perempuan diberikan penghargaan
palsu sebagai driver of economic, penggerak ekonomi dan menjadi pemimpin dalam
hierarki pemerintahan hanya akan memberikan beban ganda terhadap perempuan.Upaya
pemberdayaan perempuan hanya akan menambah jumlah penggangguran laki – laki. Narasi
kesetaraan gender ini selalu memberikan kesimpulan bahwa nilai perempuan
terletak pada pekerjaan dan kemandirian financial dari laki – laki.
Tidak hanya itu beban ganda yang dipikul perempuan akan mengikis
perannya sebagai seorang ibu. Anak – anak akan tumbuh tanpa pengawasan penuh
seorang ibu, hal tersebut menyebabkan potensi kenakalan remaja. Perempuan akan
mengorbankan peran keibuan dan waktu berharga bersama anak – anaknya dengan
sebuah keyakinan bahwa pekerjanaanya akan menaikan status social dalam
kehidupan bermasyarakat. Padahal nyatanya para ibu tersebut hanya bekerja
membayar orang lain untuk membayar dan membesarkan anak – anak mereka.
Terkikisnya peran ibu sebagai pendidik di sistem kapitalis hari ini adalah
multieffect yang ditimbulkan oleh ide kesetaraan gender. Kesetaraan gendernya
adalah konsep yang cacat secara rasional dan merusak secara sosial. Cita – cita
ini hanya akan membebani para ibu dengan tanggung jawab ekstra, mencabut
hak-hak mereka atas penyediaan keuangan, menyebabkan konflik dalam pernikahan
mereka, dan mencurangi peran keibuan mereka.
Satu – satunya harapan adalah islam, sistem hidup sempuna
yang diturunkan Allah SWT. Oleh karena itu, Din kita sendirilah yang perlu kita
rujuk untuk memecahkan banyak masalah yang dihadapi perempuan, anak-anak, dan
keluarga saat ini. Islam selalu memandang laki-laki dan perempuan sama dalam
hal nilai, status, dan intelektualitas mereka serta berhak mendapatkan hak
politik, ekonomi, pendidikan, dan peradilan yang sama.
Allah
subhanahu wa ta’ala berfirman,
“Allah
menjadikan bagi kamu istri-istri dari jenis kamu sendiri…” [QS. An-Nahl:
72].
Dan
Rasulullah ﷺ bersabda,
«إنما
النساء شقائق الرجال ما أكرمهن إلا كريم وما أهانهن إلا لئيم» “
“Perempuan
adalah saudara kembar laki-laki. Tidaklah memuliakan perempuan kecuali
laki-laki yang mulia. Tidaklah menghinakan perempuan kecuali laki-laki yang
hina.”
0 Comments
Posting Komentar