Oleh: Yulida
Hasanah
(Aktivis Muslimah, Revowriter Jember, Jawa Timur)
#InfoMuslimahJember -- Jagad dunia dibuat
geger, ketika Warga Negara Indonesia asal Jambi duduk di kursi pesakitan di
Pengadilan Manchester, Inggris. Pria bernama Reyhard Sinaga yang berasal dari
keluarga kaya di Indonesia yang memiliki gelar master ini divonis penjara
seumur hidup. Ya, vonis tersebut sebagai ganjaran atas perbuatan bejat tak
manusiawi yang telah dia lakukan yaknikasus perkosaan
terhadap 159 laki-laki dan serangan seksual terhadap 48 pria muda selama dua
setengah tahun.
Aksi bejatnya
tersebut terungkap pada tahun 2017 atas hasil laporan seorang korban remaja.
Dari sinilah akhirnya polisi menemukan 3.29 terabyte konten grafis di telepon
genggam Reynhard, yakni setara dengan 250 DVD atau 300.000 foto. Bahkan ada
beberapa kasus pemerkosaan terjadi berjam-jam. Dan ada aksi yang juga
berlangsung 8 jam.
Saat kasusnya
terungkap. Reyhard ternyata juga sedang menempuh pendidikan doktoral atau PhD
di Universitas Leeds. Yang akhirnya dia diskors dari sana. Sidang terakhir pada
6 Januari 2020, dia akhirnya dijatuhi bui seumur hidup. Dan kemungkinan bisa
bebas setelah menjalani 30 tahun penjara. (detikNews.com)
Fakta Manusia bejat
seperti ReynHard ini, tentu tidak lahir dari sistem manusiawi yang menjaga
manusia dari segala tindakan yang tak sesuai dengan fitrahnya. Artinya,
sosok manusia seperti Reyhard pastilah
lahir dari penerapan aturan kehidupan yang tak manusiawi alias tak sesuai
fitrah manusia. Dimana aturan tersebut menjadikan kebebasan sebagai jaminan
yang harus dijaga.
Ide kebebasan
inilah yang menjadi penyokong tegaknya pandangan hidup sekular kapitalis.
Terjadilah disorientasi kebahagiaan hakiki yang akhirnya melahirkan manusia-manusia
bejat seperti ReynHard saat ini.
Terlebih lagi, jika
kita detili lagi. Ada tiga hal penting yang tegak di atas pandangan hidup
sekular kapitalis, sekaligus telah menjadi bagian penting yang diterapkan
masyarakat dunia hari ini, termasuk Indonesia.
Pertama, keberadaan
sistem pendidikan berkurikulum sekular. Agama hanya diyakini namun tak boleh
diinternalisasi dalam kehidupan sehari-hari generasi. Walhasil, generasi hanya
berorientasi pada nilai akademik dan pencapain tingkat pendidikan formal
semata. Buktinya, siapa yang mengira jika pelaku kebejatan bernama ReynHard
adalah seorang akademisi?
Kedua,
diterapkannya sistem pergaulan yang tak lagi manusiawi. Liberalisasi menjadi
solusi masalah generasi yang justru telah menjerumuskan masa muda dan masa
depan mereka ke jurang kehancuran, baik sadar ataupun tidak.
Ini adalah fakta.
Di mana perzinahan atas nama pacaran telah menjadi budaya bagi para 'bucin'
yang mayoritas kaum muda. Sedangkan LGBT diberikan ruang bebas mengekspresikan
ketidakmanusiawiannya atas nama Hak Asasi Manusia. Inilah sebenarnya yang
membuahkan kerusakan nyata di kalangan generasi muda kita.
Ketiga,
ketidaktegasan sistem sanksi buatan manusia. Tidak dipungkiri bahwa penerapan
hukum atas tindakan kriminal hari ini, lahir dari aturan manusia. Kita masih
terbelenggu dengan hukum rimba kapitalistik. Termasuk juga, hukum yang terbukti
tak mampu memberikan efek jera bagi para pelaku kejahatan seksual. Apalagi
untuk menebus dosa-dosa mereka di akhirat nanti.
Manusia tak mampu
keluar dari ketiga hal tersebut, tanpa mengganti sistem politik yang diterapkan
negara sebagai wadah penerapan seperangkat aturan yang ada, baik dalam
pendidikan, pergaulan maupun sanksi.
Adalah Khilafah,
sebuah sistem politik yang ada dalam Islam. Institusi penerap sistem Kaffah
yang tegak di atas landasan kokoh, aqidah Islamiyah.
Sebab Islam
bukanlah pandangan hidup yang biasa. Namun darinya terpancar sistem kehidupan
yang sempurna. Mulai dari aturan terkait ibadah, akhlaq, makanan, pakaian,
sistem sosial pergaulan, sistem ekonomi, sistem sanksi dan sistem politik. Melalui Rasul-Nya, Allah SWT
turunkan sebagai jalan keluar bagi permasalahan hidup manusia. Bahkan
penerapannya akan mampu membawa manusia dalam naungan Rahmat dan berkah dari
Sang Pencipta.
Allah SWT
berfirman: "Jikalau
sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertaqwa, pastilah Kami akan
melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka
mendustakan ayat-ayat Kami itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya."
(TQS. Al A'raf ; 96)
Sementara di
akhirat, Allah telah menjanjikan syurga yang luasnya seluas langit dan bumi.
Manusia bebas menikmati segala kesenangan yang telah Allah SWT sediakan di
dalamnya.
Dan sungguh,
kenikmatan di syurga jauh melebihi kenikmatan yang kita rasakan dalam kehidupan
dunia. Sebagaimana yang telah Rasulullah Saw gambarkan dalam sabda beliau,
"Demi Allah, tiadalah perbandingan dunia dan akhirat melainkan seperti
perumpamaan seseorang di antara kamu sekalian yang memasukkan jari-jarinya ke
dalam lautan, maka coba perhatikan apa yang dapat ia peroleh?" (Al
Hadits).
Wallaahua'lam
0 Comments
Posting Komentar