Oleh: R. Raraswati
(Penulis lepas, Muslimah Jawa Timur)
Dilansir dari Merdeka.com , 15/08/2021,
Menteri Sekretaris Negara, Pratikno dalam video yang diunggah, Minggu(15/8),
mengajak semua masyarakat untuk menghentikan semua kegiatan dan aktivitasnya
selama tiga menit pada 17 Agustus 2021, pukul 10 lebih 17 menit waktu Indonesia
bagian barat. Masyarakat diajak ambil sikap sempurna, berdiri tegak untuk
menghormati peringatan detik-detik proklamasi.
Pada peringatan ke 76 tahun kemerdekaan
Indonesia ini, mengusung tema “Indonesia Tangguh, Indonesia Tumbuh”. Di usia
yang mencapai lebih dari tiga perempat abad ini, perlu adanya refleksi hakikat
kemerdekaan. Sudahkan peringatan
kemerdekaan tersebut memberi makna yang sesungguhnya? Faktanya, Indonesia belum
terbebas dari penjajahan politik, ekonomi dan budaya, meski telah bebas secara
fisik. Hal ini dapat dilihat dari angka kemiskinan yang masih tinggi di tengah
kekayaan alam yang melimpah. Begitu besar SDA hingga muncul ungkapan bukan
lautan tapi kolam susu, tongkat kayu ditanam jadi tanaman namun, tidak membuat
rakyatnya kaya dan berkecukupan. Bahkan sumber daya manusia yang berkompeten
belum mampu mengatasi problematika yang ada.
Indikator belum merdekanya Indonesia bisa dilihat dari beberapa aspek. Secara
ideologi saja, Indonesia masih berada dalam belenggu kapitalisme. Secara
politik ekonomi, peran kapitalisme sangat besar dalam pemerintahan. Sistem
ekonominya masih membebek negara Barat, belum memiliki kekuatan yang mandiri.
Begitu pula dengan pendidikan dan budaya masyarakat yang banyak mengadopsi
produk pemikiran asing. Sekularisme, liberalisme, kehidupan hedonisme dan
sebagainya semakin mengaburkan jati diri negeri. Ditambah lagi budaya hutang
luar negeri yang dilakoni para penguasa, menjadikan Indonesia semakin terjajah
dengan harus membayar cicilan beserta
bunganya.
Dari laman Merdeka.com
disampaikan bahwa posisi utang pemerintah sampai akhir Juni 2021 sebesar Rp
6.554,56 triliun. Angka tersebut 41,35 persen dari rasio utang pemerintah
terhadap PDB, (Merdeka.com, 24/7/2021). Ini menjadi indikator bahwa Indonesia
belum mendapatkan kemerdekaan secara hakiki. Pertumbuhan ekonomi masih
bergantung pada hutang luar negeri.
Sejatinya suatu negara, dikatakan tangguh bila memiliki sistem politik
ekonomi dengan kekuatan ideologi yang benar dan bersifat khas. Tidak mengikuti
negara Barat maupun Timur, juga bukan berarti netral. Mampu memenuhi kebutuhan
masyarakat secara mandiri tanpa mengandalkan hutang luar negeri.
Dalam sistem pendidikan, juga berperan penting dalam
menentukan ketangguhan suatu negara. Pendidikan yang menjadi mercusuar
peradaban, dapat mencetak generasi berkepribadian Islam. Generasi cemerlang dengan
syaksiyah Islam yaitu kepribadian berdasarkan pola pikir yang cerdas dan sikap sesuai
syariat.
Demikian pula dalam hal budaya yang semakin mengaburkan jati diri bangsa.
Masyarakat justru banyak meniru budaya barat yang jauh dari tuntunan syariat
Islam. Hidup hidonis, dengan menghamburkan kekayaan pada sesuatu yang kurang
manfaat. Ini sangat bertentangan dengan syariat Islam yang mengajarkan hidup
sederhana dan manfaat.
Jumlah penduduk Indonesia yang mayoritas Islam, semestinya lebih dapat
menerapkan syariat secara menyeluruh. Menjalankan ideologi Islam dalam
pemerintahan, menerapkan sistem ekonomi syariah, memberikan pendidikan agama
dan sains secara berimbang serta memiliki budaya khas yang elegan. Pemerintahan
yang dipimpin oleh seorang muslim, hendaknya memiliki kekuatan untuk mewujudkan
Indonesia benar-benar tangguh.
Namun semua itu tidak akan terwujud selama negara masih menganut sistem
kapitalisme. Sudah saatnya di bulan bersejarah ini pemerintah beserta rakyat
memaknai kemerdekaan dengan perubahan mendasar. Perubahan dengan penerapan
sistem yang shohih dengan menerapkan syariat Islam secara menyeluruh.
Peringatan kemerdekaan yang hampir bersamaan dengan tahun baru Islam ini
dapat dijadikan moment bercermin pada peristiwa hijrahnya Rasulullah. Bedanya,
kita tidak perlu pindah ke tempat lain, tapi cukup berpindah pada sistem yang
dicontohkan Rasul atas perintah Allah. Memaknai merdeka dangan hijrah dari
menghamba pada manusia menuju penghambaan kepada Allah semata. Menerapkan Islam
secara menyeluruh adalah satu-satunya cara untuk mewujudkan Indonesia tangguh.
Sebagaimana Daulah Islam yang telah dibangun Rasulullah saat hijrah ke Madinah
hingga menjadi negara tangguh dan terus tumbuh sampai menguasai hampir tiga
perempat dunia. Itulah masa-masa kejayaan Islam sebagai bukti keberhasilan
penerapan syariat secara menyeluruh dalam pemerintahan dan kehidupan.
Allahu a’lam bish showab.
0 Comments
Posting Komentar